懂球帝首页 > 新闻正文

Kiper Terbaik Dunia, Alisson: Liverpool Bisa Juara Liga Primer Inggris

Aninda 2018-11-09 08:36:02 评论

Dalam wawancara eksklusif, kiper dengan posisi tertinggi pada Goal 50 2018 mendiskusikan harapan The Reds menjuarai Liga Primer Inggris dan blundernya

Alisson Becker melihat ke belakang, memandang The Kop. "Tempat itu?" dia tersenyum. "Saya menyukainya."

Musim dingin telah tiba di Merseyside, tetapi Anfield diselimuti cahaya matahari saat kiper Liverpool tersebut datang untuk wawancara eksklusif dengan Goal.

Kami datang dengan membawa hadiah. Sebuah trofi untuk menandai posisinya sebagai kiper terbaik dunia 2018, melalui hasil voting Goal secara global yang diikuti lebih dari 50 koresponden dari 42 edisi di seluruh dunia.

"Bagus sekali!" ujarnya, mengamati kartun sosoknya yang dibingkai kaca, meski dengan rendah hati ia menambahkan: "terbaik di dunia, benarkah?"

Dia tampak seperti orang yang berada di rumah sendiri, seseorang yang yang beradaptasi dengan sangat baik dalam kehidupan di negara baru.

Bahasa Inggrisnya berkembang cepat. "Saya bisa memahami segalanya," ujarnya, meski ia membawa alat translasi di tangan saat wawancara, untuk berjaga-jaga.

"Saya lebih baik dalam bernyanyi daripada berbicara!" akunya dengan tersenyum. Mereka yang mendengar lagu inisiasinya di Liverpool, 'Don't Look Back in Anger' oleh Oasis, akan sepakat.

Sementara, di atas lapangan, segalanya juga berjalan dengan baik.

Liverpool, bersama Manchester City, bersaing sengit di puncak Liga Primer Inggris dan bertarung baik di grup Liga Champions yang sulit.

Dengan hanya kemasukan tiga kali dalam sembilan pertandingan pembuka liga, Alisson membantu klub mencatat rekor baru. Dalam hal bertahan, The Reds meraih catatan terbaik sepanjang masa.

Bukan cara yang buruk mengawali karir Anda di Anfield, bukan? "Sejauh ini bagus," ujar Alisson sepakat, dan menambahkan: "Yang terbaik masih akan datang, saya harap."

Dia mengenang saat pertama kali datang ke sini, dengan Roma pada semi-final Liga Champions, leg pertama April silam. Menjadi kenangan indah secara pribadi, tetapi pahit secara profesional.

Dia kemasukan lima gol saat itu, dengan Mohamed Salah, Roberto Firmino dan Sadio Mane tampil ganas, tetapi kenangannya bukan hanya tentang aksi di lapangan.

"Itu adalah momen yang sangat membahagiakan dalam karir saya," ujarnya. "Itu musim yang menggembirakan, saat saya mengalami hal-hal besar.

"Dalam pertandingan itu, yang saya kenang hanya kekuatan fans dan tim yang kami hadapi.

"Kualitas Liverpool sudah menarik perhatian saya dari menyaksikan mereka di TV, tetapi saya sangat, sangat terkesan dengan apa yang saya lihat di lapangan saat itu."

Alisson juga mengakui bahwa apa yang ia alami saat itu membantu dia mengambil keputusan untuk hengkang ke Anfield pada musim panas. Dia terpukau dengan sambutan yang ia terima dari The Kop, dan energi dan semangat dari tim Jurgen Klopp.

Roma nyaris membalikkan situasi pada semi-final tersebut - Liverpool, setelah unggul 5-0, hanya lolos dengan agregat 7-6 - tetapi tidak ada keraguan dalam Alisson bahwa hengkang ke Inggris adalah sebuah langkah maju. Dia meninggalkan Italia dengan berat hati, tetapi ia tidak menoleh ke belakang.

"Itu hal besar, tetapi saya gembira dengan keputusan saya," ujarnya.

Goal bertanya tentang perbedaan antara Serie A dan EPL. Sepakbola Inggris, tentu saja, senang melabeli diri sebagai 'yang terbaik di dunia' -- tapi apa benar demikian?

Bagaimana menghadapi, contohnya, Sergio Aguero, Harry Kane dan Eden Hazard dibandingkan dengan Paulo Dybala, Mauro Icardi dan Lorenzo Insigne.

"Well, saya percaya intensitas sedikti berbeda," jawabnya. "Saat pertandingan, tim lawan selalu memberi Anda bahaya.

"Di Serie A, dalam beberapa pertandingan, meski tidak selalu, tim besar mengontrol pertandingan. Ini lebih ke sepakbola taktis, lebih waspada.

"Ada lebih banyak ruang untuk memindahkan bola di pertahanan, tetapi ketika Anda menyerang, tidak ada ruang untuk menciptakan peluang. Itulah perbedaannya bagi saya.

"Sepakbola Serie A fokus pada pertahanan, setiap tim terorganisir seperti ini. Liga Primer Inggris lebih pada intensitas.

"Dalam hal kualitas, kedua liga sangat dekat, tetapi di sini Anda harus bersiap untuk 90 menit penuh intensitas."

Sejauh ini semuanya baik-baik saja, seperti yang ia katakan.

Alisson tidak terlalu sibuk - Liverpool lebih baik dari kebanyakan tim dalam menerima tembakan tepat sasaran lawan - tetapi dia sudah membuat kontribusi signifikan. Penyelamatan melawan Crystal Palace, Brighton dan Chelsea, bisa menjadi contoh, datang di saat yang krusial dan membantu timnya meraih poin berharga.

Tentu saja, ada batu sandungan dalam perjalanannya. Sebuah blunder di Leicester membuat tim kemasukan gol dan membuat surat kabar memuat berita utama tentang 'Alisson Blunderland'. Cruyff Turn dalam area penalti harus dihindari, sebuah hal yang ia pelajari.

"Ya!" ujarnya sepakat. "Saya yakin dribel bagus menambah sesuatu ekstra kepada kiper tetapi seorang kiper harus memprioritaskan cara bertahan, bagaimana mengetahui penempatan posisi yang bagus.

"Setelah itu, dia bisa membantu tim dengan membawa bola, sesuatu yang selalu saya nikmati sejak memulai karir di Internacional.

"Di sini, di Eropa, saya bisa melakukannya lebih banyak karena gaya permainan tim di mana saya bermain.

"Liverpool adalan tim yang mengolah bola dari belakang, jadi penting seorang kiper bisa ambil bagian untuk itu."

Alisson, menurut pengakuannya, selalu ditakdirkan untuk olahraga. Ayahnya bermain sebagai kiper, ibunya pemain bola tangan, sementara kakaknya, Muriel, bermain dengan Belenenses di Liga Primer Portugal.

Muriel masih menjadi idola besar bagi dia di sepakbola, tetapi sebagai pemuda di Brasil, Alisson selalu ingin terus belajar.

"Saya selalu senang melihat kiper," ujarnya. "Menyaksikan gaya mereka, kekuatan dan kelemahan mereka, untuk belajar sesuatu dan berkembang.

"Dari masa kecil saya, saya selalu mengidolakan Taffarel. Dia adalah kiper idola terbesar di Brasil dari Piala Dunia 1994, ketika dia memenangkan penalti pada laga final.

"Di semi-final Piala Dunia 1998 [melawan Belanda], dia juga menyelamatkan tendangan penalti, keduanya momen kunci.

"Dia memiliki kualitas teknik, penempatan posisi sempurna, jadi dia kiper yang selalu menginspirasi saya.

"Juga Gianluigi Buffon, dia, bagi saya, salah satu yang terbaik dalam sejarah sepakbola, jika bukan yang terbaik."

Alisson menghadapi Buffon saat berada di Serie A, dan bisa melakukannya lagi bulan ini ketika Liverpool bertandang ke markas Paris Saint-Germain dalam sebuah laga krusial Liga Champions.

Jadi, siapa kiper yang dikagumi oleh Alisson saat ini?

"Saya menyukai [Jan] Oblak; dia salah satu yang saya ikuti dari dekat," ungkapnya. "Dan [Marc-Andre] Ter Stegen. Keduanya luar biasa.

"Ada kiper lain, tetapi pada saat ini, mereka adalah pemain yang menunjukkan [kualitas] lebih.

"Level teknik sangat tinggi, dan juga level konsentrasi yang sangat tinggi, mereka meningkatkan level persaingan di antara kami para kiper.

"Ini persaingan sehat untuk melihat siapa di antara kami menjadi yang terbaik di akhir tahun."

Untuk 2018, Alisson bisa mengklaim telah memenangkan persaingan tersebut secara sah.

Terlepas dari kesuksesan Goal 50, dia bisa mengenang semi-final Liga Champions, transfer £65 juta ke Inggris dan tahun di saat ia menyegel posisi kiper utama timnas Brasil, mengungguli pemain Manchester City, Ederson.

Alisson dan Ederson memiliki hubungan baik, tetapi dengan rivalitas Liverpool dan Man City semakin panas setiap pekan, tidak ada yang tahu bagaimana segalanya berubah.

Skuat Brasil, tentu saja, banyak dihuni pemain dari kedua klub - Alisson, Fabinho dan Roberto Firmino dari Liverpool; Ederson, Fernandinho, Danilo, Gabriel Jesus dari City – demikian juga dengan pemain seperti Willian, David Luiz, Lucas Moura, dan Fred dari pesaing juara EPL lain.

Mereka yang secara reguler terbang dengan jet privat bersama untuk pertandingan internasional, jadi apakah obrolan mereka pernah menyinggung persaingan gelar juara?

"Terkadang!" ujarnya dengan tersenyum. "Ketika kami berugas untuk tim nasional, kami rekan setim, tetapi jelas kami membicarakannya.

"Rivalitas ini penting agar semua pemain bisa berkembang, jadi ini juga penting untuk timnas Brasil. Kami bermain di level tertinggi pada Liga Primer, jadi menjaga level tinggi di kompetisi ini adalah kunci.

"Kami berbincang, tentu, dan kami mengetahui bagaimana beratnya persaingan meraih juara. Tetapi kami tahu, kami bisa melakukannya. Ini tidak mudah, tetapi kami akan mempertahankan performa kami dan berusaha berkembang setiap waktu."

Dan setelah itu, Alisson pergi, membawa trofi penghargaan di tangannya.

Liverpool akan berharap gelar juara bisa mengikuti penghargaan individu kiper mereka. Dengan demikian, tidak akan ada lagi perdebatan siapa kiper terbaik dunia.

Goal 50 adalah penghargaan tahunan yang mengurutkan 50 pemain terbaik dunia dalam 12 bulan terakhir. Kepala editor dan koresponden dari 42 edisi di seluruh dunia memberikan penilaian mereka, dengan para kandidat dinilai berdasarkan level konsistensi setahun ke belakang, performa di pertandingan besar, warisan sepakbola mereka dan kesuksesan tim pada level klub dan internasional.

分享到:

我要评论

全部评论(0)

正在加载...

非常抱歉!