Pemutihan Kartu Di Semi-Final, Tak Ada Lagi Kasus Michael Ballack
Aninda 2018-07-10 18:18:03 评论
Sejak 2010, Piala Dunia memperkenalkan pemutihan kartu kuning di semi-final untuk menghindari absensi pemain bintang di partai puncak.
Tidak terasa Piala Dunia 2018 tinggal menyisakan empat pertandingan. Prancis, Belgia, Kroasia, dan Inggris bakal saling memperebutkan tiket ke final pada 15 Juli mendatang di Stadion Luzhniki, Moskwa.
Digelarnya laga semi-final antara Prancis dan Belgia pada Rabu (11/7) dini hari WIB, berlanjut dengan duel Kroasia versus Inggris pada keesokan hari, menjadi penanda bagi FIFA untuk menerapkan pemutihan kartu kuning.
Sebelumnya, sistem akumulasi kartu diberlakukan sejak fase grup hingga perempat-final Piala Dunia, namun dihapuskan saat kick-off semi-final. Dengan demikian, pemain yang sudah menabung satu kartu kuning di laga-laga sebelumnya tidak perlu khawatir untuk absen di laga final.
Michael Ballack menjadi contoh kasus paling terkenal dari topik ini. Seperti diketahui, gelandang Jerman ini mendapat kartu kuning saat melawan Korea Selatan di semi-final Piala Dunia 2002, yang menjadi kartu kuning keduanya di fase gugur. Akibatnya, Ballack terkena akumulasi kartu dan tidak boleh tampil di final. Tanpa Ballack, Jerman menyerah 2-0 dari Brasil.
Dalam sejarahnya, bukan hanya Ballack yang menjadi korban dari aturan ini. Claudio Caniggia (Argentina) dan Alessandro Costacurta (Italia) masing-masing harus absen di final Piala Dunia 1990 dan 1994 akibat akumulasi kartu kuning. Argentina dan Italia, sebagaimana halnya Jerman, seperti dirugikan dengan absensi pemain andalannya itu dan harus keok di final.
Aturan akumulasi ini juga sempat membuat air mata mengalir deras di pipi Paul Gascogine pada Piala Dunia 2990. Bintang Inggris itu tahu dirinya bakal absen di final setelah dikartu kuning kontra Jerman Barat di semi-final. Walau Inggris akhirnya gagal melaju setelah kalah adu penalti, aturan akumulasi kartu ini dikiritk karena mencegah sebuah tim untuk tampil dengan kekuatan terbaik di final.
Perubahan itu akhirnya hadir pada Piala Dunia 2010 ketika FIFA melegalkan aturan pemutihan kartu kuning dan terus berlanjut di Rusia 2018. "FIFA hanya ingin memberikan kesempatan bagi para pemain terbaik untuk tampil di final. Kasus Ballack menjadi pemantik diskusi ini," kata juru bicara FIFA Marius Schneider kepada Reuters pada 2010 silam.
Meski demikian, pemutihan kartu ini tidak berlaku untuk kartu merah. Artinya, pemain yang diganjar kartu merah di semi-final tetap dilarang mentas di final.
Bek kanan Belgia Thomas Meunier menjadi satu-satunya pemain yang bakal absen di semi-final nanti karena sudah mengantongi dua kartu kuning, yakni saat melawan Brasil di perempat-final dan melawan Panama di fase grup. Meunier baru bisa tampil di laga berikutnya, entah itu di partai final atau perebutan tempat ketiga.
Pemutihan ini tentu saja sangat menguntungkan Kroasia, tim semi-finalis yang paling banyak menerima kartu kuning. Terdapat 12 pemain Kroasia yang sudah mengantongi kartu kuning sejak dari fase grup hingga perempat-final dan ke-12 pemain itu bakal mendapat pengampunan kartu ketika berlaga di semi-final.
- 消息参考来源: GOAL_ID
- 严禁商业机构或公司转载,违者必究;球迷转载请注明来源“懂球帝”
- 懂球帝社区规范:抵制辱骂